Petani di Desa Gurusinga Menjerit, Pupuk dan Pestisida Mahal

 

Teks. Foto : Petani panen raya buah kentang di Desa Guru Singa, Berastagi.(harian24news.online/Redaksi)

 

 

Bersatagi,harian24news.
online- Berbagai jenis tanaman sayur mayur banyak subur ditemukan di Berastagi khususunya Desa Guru singa, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Provinsi Sumatra Utara. Tapi sayang, dari penghasilan panen dibanding dengan pengeluaran tanaman tersebut lebih mahal dari harga pupuk dan pestisida.

Hal tersebut di sebutkan oleh Br Ginting (40), kepada harian24news.online dilokasi panen raya pada hari Minggu, (2/8/2020).

“Dari hasil tanaman sayur mayur kami jual tidak seimbang antara harga sayur dan harga kebutuhan untuk menebus pupuk dan juga obat daun, obat akar, obat hama maupun pupuk penyubur yang kami beli dari penyedia pestisida,” ujar Br Ginting saat disambangi di areal panen raya kentang.

Masih sebut Ginting, selain buah kentang saat ini anjlok harganya hanya sebesar Rp. 6000 (Enama ribu rupiah) untuk saat ini. Sedangkan buah Wartel yang ditanamnya hanya berkisar harga Rp. 2000 (Dua ribu rupiah).

“Bingung kami, biasanya harga kentang mencapai Rp. 10.000 untuk hari ini hanya Rp.6000. Untuk harga Wartel biasanya Rp. 3000, sekarang hanya Rp. 2000, untuk harga jual buah dan harga pupuk tidak seimbang lagi mungkin dampak covid-19, sehingga harga pupuk serta pestisida sangatlah mahal,” imbuh Br Ginting selaku petani Kentang dan Wartel di Desa Guru Singa, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Provinsi Sumatra Utara.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *