Jakarta, 21 November 2022
Oleh : *Dr.Abidinsyah Siregar*
(Ketua Harian MN Kahmi 2009-2012/ Dewan Etik MN KahmiKahmi / Ketua Umum Badko HMI Sumbagut Periode 1983-1985).
Jakarta, harian24news.id-Apa saja tentang HMI, dicirikan sebagai Organisasi yang mengHimpun Mahasiswa Islam, tertua, yang bersifat Independen.
Dua tahun selepas sarjana, otomatis anggota HMI menjadi alumni HMI.
Mereka yang ingin melanjutkan kiprahnya secara formal, sesuai UU Keormasan bergabung dalam organisasi Korps Alumni HMI (KAHMI).
Dalam kapasitas apapun, seorang “Himpunan”, baik sebagai anggota HMI, fungsionaris HMI mulai dari Komisariat, Korkom, Cabang, Badan Kordinasi hingga Pengurus Besar dan berbagai Organ Perkaderan dan Kekaryaan, berlanjut menjadi Alumni HMI, serta fungsionaris KAHMI disemua struktur termasuk Perwakilan di Luar Negeri memiliki warisan dan pesan kekayaan professional yaitu Independensi.
*Independensi tidak dapat dilihat, tetapi terbaca dalam pola fikir dan pola tindak serta ucapan dan gagasannya*
Independensi didefinisikan sebagai pemikiran yang tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mengganggu pertimbangan professional, yang memungkinkan seseorang individu untuk memiliki integritas dan bertindak secara objektif serta menerapkan skeptimisme profesional yaitu sikap professional untuk menemukan fakta atau kebenaran yang akurat, sejalan dengan prinsip ketauhidan.
Proses Perkaderan HMI mengikis kesenjangan social, kultural, keegoan, kesombongan, kemudian _bertransformasi_ menjadi sosok kader Bangsa yang kaya dalam keseimbangan Keislaman dan KeIndonesiaan.
Kekuatan Transformasi dikembangkan dari pemahaman yang tepat ajaran Islam sebagai Nilai Dasar Perjuangan (NDP), Indonesia sebagai amanah ilahiyah, tempat membaktikan diri total dalam misi sebagai Rahmatan lil’alamin.
Untuk menjadi *transformer* yang utuh, maka basisnya ada pada ke-Independensi-an, yang diajarkan dan dipraktikkan terus-menerus, diingatkan terus menerus, diukur terus menerus dan menjadi kriteria dasar kepemimpinan dalam organisasi.
Dengan basis keindependensian, seorang “Himpunan” dimanapun ia berada dan apapun fungsi socialnya, kaya dan merdeka berfikir serta berbuat dengan dasar kebenaran dan kemaslahatan, membuat gagasan dan aksinya bisa diterima dalam komunitas apapun dan dimanapun.
Keindependensian yang bernafaskan Islam dan dikobarkan sebagai pengawal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia serta konsisten mengejawantahkan kelima nilai-nilai Pancasila secara konsisten, *menempatkan HMI dan KAHMI tetap diarus tengah* upaya pencapaian Tujuan Nasional, khususnya Memajukan Kesejahteraan Umum dan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
*DISRUPSI 1 : MENGAWAL PANCASILA*
KAHMI lahir dari Ibu bernama HMI. Persisnya, lahir saat berlangsung Kongres HMI ke-XI September 1966, 56 tahun yang lalu di kota Solo.
Pemberontakan PKI hingga pemberangusan faham ideologi Komunis untuk selamanya sejak TAP MPRS No.25 Tahun 1966, menjadi salah satu momentum kelahiran Korps Alumni HMI (KAHMI).
Proses kelahirannya berada diera Disrupsi Politik Nasional, penuh fitnah, hasut, curiga dan kebencian karena politik perpecahan oleh Komunis yang semakin jumawa dan mendapat peluang.
Kiprah KAHMI tidak terputus dengan gagasan Lafran Pane bersama ke-12 orang rekan sepemahamannya untuk mendirikan HMI tahun 1947 untuk terus mengawal Indonesia, tidak saja dari paham Komunisme dan Sosialisme tetapi juga dengan Kemiskinan dan Ketidakadilan.
Tidak mengherankan terjadi “gesekan dan benturan” HMI/Alumni HMI dan KAHMI dengan oknum Pemerintahan maupun Politisi, baik di era *Bung Karno* (toleransi kebablasan terhadap Komunisme) maupun di era *Pak Harto* (terkecoh oknum memutus ruh Pancasila menjadi satu-satunya azas).
*Komitmen Himpunan*, hingga kapanpun, akan berhadapan tanpa kompromi berbekal Independensi terhadap upaya siapapun yang mencoba *“mendegradasi” Pancasila* tanpa implementasi yang bermuara pada pengamalan nilai-nilai keber-agama-an setiap warga negara secara bebas dan nyaman, berjalannya hukum berdasar kemanusiaan yang adil dan beradab, terpeliharanya kebersamaan dalam semangat Persatuan Indonesia, dikedepankannya hak politik rakyat dalam permusyawaratan perwakilan, serta komitmen ilahiyah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai bentuk pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT.
*DISRUPSI 2 : KUATKAH KAHMI?*
Musyawarah Nasional XI Kahmi menunjukkan kesinambungan proses demokratisasi dalam penyelenggaraan organisasi yang berjalan efektif sejak kelahirannya pada tahun 1966, sekaligus penguatan etos historikal estafet perjuangan tahap akhir setelah fase menjadi anggota HMI untuk menuntaskan fungsi Kualitas Insan cita ke-5 yaitu *“Yang bertanggungjawab atas terwujudknya Masyarakat Adil dan Makmur yang diridhoi Allah SWT”*.
Potensi dasarnya sudah diasah lewat perkaderan dan aktifitas HMI untuk menjadikan dirinya Insan Akademis, Insan Pencipta (Gagasan dan Kreatifitas), Insan Pengabdi (Pemelihara dan Meningkatkan) dan Insan yang bernafaskan Islam (Sumber Inspirasi dan Ibadah).
Sungguh tugas mulia, tidak hanya wujud kebermanfaatan horizontal, juga wujud ubudyah transcendental. Arti singkatnya, tidak ada waktu, kesempatan, perbuatan dan aktifitas yang sia-sia selama hayat dikandung badan.
MUNAS XI KAHMI yang berlangsung di Sriti Convention Hall kota Palu, akan dibuka Bapak Presiden RI Jokowi pada 25 November 2022 dan ditutup Bapak Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin pada 27 November 2022, menjadi penting karena sedang berada dipusaran Disrupsi Global.
Keadaan saat ini tidak semakin mudah. Bung Karno pernah mengatakan “ _Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan Bangsa sendiri”._
Disrupsi atau ketercerabutan saat ini, sangat mengancam nilai-nilai Pancasila. Nilai Agama yang dengan mudah dinista. Perbedaan atau kebhinnekaan sebagai keniscayaan seakan ditabrakkan. Kemanusiaan yang masih jauh dari keadilan yang beradab, ketimpangan antar wilayah masih jelas dan kasat mata. Persatuan yang masih sekedar jargon. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan belum dianggap sebagai warga bangsa yang punya sejumlah hak yang wajib ditunaikan. Dan keadilan sosial yang masih njomplang, masih tinggi angka kemiskinan ekstrim di negeri lumbung segala kekayaan bumi.
Indonesia bisa masuk dalam Disrupsi global karena kekayaan alamnya yang menggiurkan dan tidak terkendali pemanfaatannya.
Kehadiran delegasi dari seluruh Wilayah dan Daerah KAHMI di seluruh Indonesia yang diperkirakan lebih 1.800 orang di dalam forum MUNAS XI KAHMI yang datang dari 34 Wilayah, 476 Daerah, 7 Perwakilan Luar Negeri termasuk Forhati, umumnya para sarjana, cendekiawan dari berbagai kompetensi dan memiliki kapasitas yang tentu hadir bukanlah sebagai rutinitas limatahunan semata.
Selain menyegarkan AD/ART, menyusun Program Kerja Limatahunan.
Limatahunan kedepan saatnya MUNAS memperhatikan pengembangan sayap otonom setara Lembaga Kekaryaan yang sangat dibutuhkan masyarakat seperti :
Lembaga Advokasi Hukum.
Lembaga Advokasi Lingkungan.
Lembaga Advokasi Perlindungan HAM.
Lembaga Advokasi Perlindungan Kesehatan Warga Rentan (Anak, Janda dan Lansia). Dll.
Dan tentu memilih Presidium Majelis Nasional KAHMI yang memimpin secara kolektif implementasi semua Regulasi dan Program.
Presidium yang terdiri dari beberapa orang, tentu dipilih dari proses yang tidak asalan. Karena ditangan mereka harapan untuk mengangkat citra KAHMI semakin lebih baik lima tahun kedepan (2022-2027)
Majelis Nasional KAHMI telah memilihkan 7 (tujuh) orang alumni HMI sebagai Panitia Seleksi Presidium MN KAHMI tahun 2022 yang semuanya memiliki track record kekaderan, keorganisasian dan profesi yang menasional bahkan internasional.
Diantaranya ada pelaku kelahiran KAHMI. Ada pendiri FORHATI.
Sisanya semua pernah dan sedang menjadi Pimpinan maupun Presidium MN KAHMI.
Mereka telah melakukan tugasnya sesuai ART KAHMI Pasal 7 ayat 6 dan ayat 7. Yang sesuai AD/ART KAHMI, termasuk kesempatan Sosialisasi bagi semua Bakal Calon hingga pada waktunya hasil akhir Panitia Seleksi dilaporkan langsung kehadapan majelis persidangan MUNAS.
Dalam proses, sudah menerima pendaftaran calon presidium, melakukan seleksi administrasi, dan wawancara.
Hasilnya 40 (empat puluh) orang, semua adalah yang terbaik.
Karena namanya seleksi tentu nilai peserta menemukan sendiri secara objektif siapa diantara sesamanya yang merupakan *The best among the best*.
Kehadiran delegasi, tentu dengan semangat Independensi, datang merdeka, berfikir merdeka, memilih merdeka dan memutuskan merdeka.
MUNAS adalah tempat praktik Independensi yang sesungguhnya, sekaligus Revitalisasi keberanian bersikap Independen.
Diforum MUNAS XI KAHMI inilah setiap peserta *”menguji sendiri kadar keIndependensia-annya”*.
Mereka yang berhasil mengamalkan keIndependensia-an dengan teguh, jujur dan ikhlaslah yang dipercaya kelak menjadi pionir terpercaya sebagai Insan yang memiliki akses kuat mewujudkan masyarakat Adil dan Makmur yang diridhoi Allah SWT.
Dengan ke-Independensi-an yang teguh, KAHMI mampu BANGKIT, BERSINERGI MEMBANGUN NEGERI MENUJU PERADABAN BARU.
*Selamat MUNAS XI KAHMI di Palu*.